Thursday, October 6, 2016

Aib Kepahlawanan

Pernahkah anda melihat orang-orang yang Anda anggap hebat, berbakat potensial, tetapi kemudian tidak menjadi apa-apa ? Atau dengan kata lain, kehidupannya dan prestasi-prestasinya dalam hidup tidak menunjukkan bakat dan potensi yang sebenarnya ia miliki.



Di sekeliling kita banyak orang-orang seperti itu. Mungkin juga saya atau Anda. Mereka adalah orang-orang yang tidak mengetahui bahwa mereka menyimpan kehebatan yang dahsyat, atau mungkin mereka merasakannya, tetapi tidak berminat memunculkannya, atau mungkin berminat, tetapi ia kalah dengan godaan untuk menjadi "orang biasa". Sebab, menjadi orang biasa membuat hidup lebih santai, relatif tanpa beban, tanpa sorotan, tanpa stres, tanpa depresi. Menjadi orang biasa adalah godaan bagi para pahlawan. Inilah yang membuat mata air kecemerlangan di dalam dirinya hanya keluar dan kemudian tergenang.

Dan di mana pun ada genangan air, di situ selalu ada kemungkinan pembusukan. Air itu tidak menggelombang, maka tidak ada debur kehebatan di dalam dirinya. Air itu tergenang teduh, dan dalam keteduhannya ia tersedot oleh cahaya matahari kehidupan, maka ia mengering dan habis. Atau ia terkotori oleh sampah yang terbuang dalam genangan itu, maka ia mengeruh dan kemudian membusuk.

Para pahlawan adalah sungai yang mengalir deras, atau air yang menggelombang dahsyat. Semua potensi di dalam dirinya keluar satu demi satu, semua kehebatan di dalam dirinya menggelora ke permukaan bagai gelombang, semua bakat di dalam dirinya bertiup kencang bagaikan badai. la menantang kehidupan, maka ia mengukir sejarah, sebab sejarah adalah catatan petualangan hidup. la mengejar dan menangkap takdirnya, maka ia mendapatkan mahkota kepahlawanan.

Saturday, October 1, 2016

Keterhormatan

Bukan karena keangkuhan dan kesombongan, apabila seorang pahlawan mempunyai rasa harga diri dan keterhormatan yang tinggi. Keangkuhan dan kesombongan berasal dari akar yang berbeda dengan rasa harga diri dan keterhormatan. Tampak luar antara keduanya memang sering sangat mirip, dan karenanya banyak orang mudah tertipu.



Keangkuhan dan kesombongan berasal dari pandangan terhadap diri sendiri yang sering berlebihan, sejenis pemujaan (narsisme), dan karenanya menimbulkan perasaan "lebih" dari orang lain. Dan karenanya (lagi), sering mendorong pelakunya meminta orang lain memperlakukannya dengan cara berbeda. Boleh jadi, ia memang mempunyai alasan objektif untuk angkuh, misalnya karena talenta dan prestasinya. Akan tetapi, keangkuhan dan kesombongan menciptakan "pelipatgandaan perasaan" dalam dirinya: sesuatu yang membuatnya merasakan kesan atas talenta dan prestasinya yang memang ada, melampaui kadarnya yang wajar. Inilah yang kemudian mendorongnya menuntut perlakuan berbeda.

Harga diri dan keterhormatan adalah tuntutan akan kelayakan. Sumbernya adalah rasa percaya diri akan kemampuan diri sendiri, namun kemudian diperkuat oleh dorongan-dorongan intrinsik, atau naluri kepahlawanan yang membuatnya selalu ingin melakukan perbuatan-perbuatan terhormat. Akarnya menukik jauh pada kesadarannya yang mcndalam akan makna keluhuran dan kehormatan yang wajar. Kesadaran seperti ini selanjutnya menciptakan kesadaran akan citra diri yang tinggi: ini bukan kegilaan akan rasa hormat, tetapi sebuah konsistensi terhadap makna keluhuran dan kehormatan.