Di
masa pembangunan ini", kata Chairil Anwar mengenang Diponegoro, "Tuan
hidup kembali. Dan bara kagum menjadi api".
Kita
selalu berkata jujur kepada nurani kita ketika kita melewati persimpangan jalan
sejarah yang curam. Saat itu kita merindukan pahlawan. Seperti Chairil Anwar
tahun itu, 1943, yang merindukan Diponegoro. Seperti juga kita saat ini. Saat
ini benar kita merindukan pahlawan itu. Karena krisis demi krisis telah
merobohkan satu per satu sendi bangunan negeri kita. Negeri ini hampir seperti
kapal pecah yang tak jemu-jemu dihantam gunungan ombak.
Di
tengah badai ini kita merindukan pahlawan itu. Pahlawan yang, kata Sapardi,
"telah berjanji kepada sejarah untuk pantang menyerah". Pahlawan yang
kata Chairil Anwar, "berselempang semangat yang tak bisa mati."
Pahlawan yang akan membacakan "Pernyataan" Mansur Samin:
Demi amanat dan beban rakyat
Kami nyatakan ke seluruh dunia
Telah bangkit di tanah air
Sebuah aksi perlawanan
Terhadap kepalsuan dan kebohongan
Yang bersarang dalam kekuasaan
Orang-orang pemimpin gadungan