Seperti juga
kegagalan, ada bentuk lain dari rintangan
yang menghadang seorang pahlawan. Musibah.
Yang dimaksud musibah di sini adalah semua
bencana yang menimpa seseorang yang mempengaruhi seluruh kepribadiannya dan
juga jalan hidupnya.
Misalnya, kematian orang terdekat seperti yang dialami Rasulullah saw saat
meninggalnya Khadijah ra
dan Abu Thalib. Yang sangat berat dari musibah-musibah itu adalah yang menimpa
fisik dan mempengaruhi ruang
gerak seorang pahlawan.
Misalnya, kebutaan, ketulian, atau
kelumpuhan. Kenyataan seperti ini
tentu saja membatasi ruang gerak dan menciptakan keterbatasan-keterbatasan
lainnya. Namun, masalahnya sesungguhnya
bukan di situ. Inti persoalannya ada pada goncangan jiwa yang mungkin ditimbulkan oleh
musibah tersebut.
Goncangan jiwa itulah yang biasanya mengubah arah kehidupan seseorang.
Sebab, musibah itu mungkin
menghilangkan kepercayaan dirinya, mengubah image dirinya di tengah
lingkungannya, membabat habis
harapan-harapan dan ambisi-ambisinya serta menyemaikan keputusasaan
dalam dirinya. Jalan dihadapannya
seperti menjadi buntu dan langit kehidupan
menjadi gelap, maka mimpi kepahlawanannya seperti gugur satu demi satu.
Akan tetapi, para
pahlawan selalu menemukan celah di
balik kebuntuan, dan memiliki secercah cahaya harapan di balik gelap
kehidupan. Yang pertama mereka lakukan
saat musibah itu datang adalah mempertahankan ketenangan. Sebab, inilah
akar keseimbangan jiwa yang
membantu seseorang melihat panorama hidup secara proporsional. Keseimbangan jiwa
inilah yang membuat
seseorang tegar di depan goncangan-goncangan hidup.
Yang kedua adalah
mempertahankan harapan. Sebab, harapan,
kata Rasulullah saw, adalah rahmat Allah bagi umatku. Jika bukan karena
harapan, takkan ada orang yang
mau menanam pohon
dan takkan ada ibu yang mau menyusui anaknya. Harapan
adalah buah dari kepercayaan
kepada rahmat Allah SWT dan juga kepada kemampuan Allah SWT melakukan semua yang la kehendaki.
Yang ketiga adalah
mempertahankan keberanian. Dan keberanian
adalah buah dari kepercayaan diri yang kuat dan juga anak yang lahir
dari tekad baja. Keberanian dibutuhkan
untuk menembus keterbatasan-keterbatasan pada ruang gerak dan hambatan yang tercipta
akibat perubahan
pada image.
Yang keempat adalah
mempertahankan semangat kerja
di tengah keterbatasan-keterbatasan itu. Dalam banyak kasus,
keterbatasan-keterbatasan justru membantu memberikan fokus pada arah dan target serta konsentrasi yang kuat. Yang
kita lakukan di sini adalah memenuhi
ruang yang tersedia dengan amal dan karya.
Begitulah para
pahlawan mensiasati musibah. Maka, kebutaan
tidak dapat menghambat Syeikh Abdul Aziz bin Baz merebut takdirnya
sebagai ulama besar abad ini. Ketulian
juga gagal mencegat perjalanan Musthafa Shadiq Al-Rafi'i menuju puncak, sebagai
salah satu sastrawan
muslim terbesar abad ini. Dan kelumpuhan menyerah di depan tekad baja Syeikh Ahmad
Yasin yang menjadi
mujahid besar abad ini, bukan saja dalam melawan kebiadaban Israel, tetapi bahkan
menantang dunia.
No comments:
Post a Comment